Sabtu, 17 Maret 2012

Gravimetri


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah (pembelahan sel) , pertambahan ukuran (pembentangan sel) dan diferensiasi, tapi bagi peminat argonomi pertumbuhan dapat berarti pertambahan berat kering. Berat kering merupakan tolok ukur yang penting karena mempunyai arti ekonomis. Berat basah biasanya tidak dijadikan tolok ukur kecuali untuk tanaman hortikultura, karena nilainya tidak tetap tergantung pada status air tanaman. Selain pertambahan berat kering, pertambahan tinggi, volume, dan luas daun dapat juga dijadikan tolok ukur pertumbuhan.
Untuk materi pratikum ini, akan membahas tentang pengukuran luas daun tanaman,dimana luas daun tersebut dapat diamati dengan dua cara yaitu dengan menggunakan alat fotoelektrik misalnya Leaf Area Meter atau dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan metode gravimetri.

B.       Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur luas daun tanaman dengan menggunakan metode gravimetri.

C.      Manfaat
Agar Mahasiswa/i mampu memahami cara mengukur luas daun tanaman dengan menggunakan metode gravimetri.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi berat kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi berat kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi berat kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
A.      Daun
Daun merupakan organ fotosintetik utama dalam tubuh tanaman, di mana terjadi proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering. Pertumbuhan dan perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran luas daun dan berat daun pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintetsis.
Beberapa metode pengukuran luas daun yang sering digunakan untuk mengukur luas daun suatu tanaman antara lain :
a)      Metode Kertas Milimeter : Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b)      Metode Gravimetri : Metode ini pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
c)      Planimeter : Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
d)     Metode Panjang Kali Lebar : Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.
e)      Metode Fotografi : Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter. Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas lempengan acuan tersebut

B.       Bayam
Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting. Terna semusim yang menyukai iklim hangat dan cahaya kuat. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan tumbuhan C4.
Batang berair dan kurang berkayu. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, berwarna hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga tersusun majemuk tipe tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. Bijinya berwarna hitam, kecil dan keras. Di tingkat konsumen, dikenal dua macam bayam sayur: bayam petik dan bayam cabut. Bayam petik berdaun lebar dan tumbuh tegak besar (hingga dua meter). Daun bayam cabut berukuran lebih kecil dan ditanam untuk waktu singkat (paling lama 25 hari). (http://id.wikipedia.org/wiki/Bayam, 2011)

















BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

A.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu  dan  tempat pelaksanaan praktikum  ini  diadakan pada:
Hari/tanggal         : Jumat/  16 Desember 2011
Waktu                   : Pukul 14.00 s.d. 17.30 WITA
 Tempat                 : Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
                             Fakultas Pertanian Lt. 1 Universitas Borneo Tarakan.
B.       Alat dan Bahan
Alat :
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.      Alat tulis menulis
2.      Penggaris
3.      Gunting
4.      Timbangan analitik
Bahan :
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.      Daun tanaman bayam
2.      Kertas milimeter block
C.       Prosedur Pratikum
1.      Siapkan daun tanaman yang akan diukur luas daunnya.
2.      Pisahkan daun dari akar dan batangnya.
3.      Daun dijiplak pada kertas milimeter block.
4.      Dibuat juga pola bujur sangkar dengan sisi berukuran panjang dari daun tersebut.
5.      Jiplakan daun dan pola bujur sangkar yang telah dibuat, digunting lalu ditimbang beratnya.
6.      Setelah diperoleh angka hasil jiplakan daun dan pola bujur sangkar, serta berat timbangan daun dan pola bujur sangkar, kemudian diukur menggunakan rumus berikut:

L1 =

Dimana:
L1 = LD = Luas Daun (Cm2)
L2 = Luas pola kertas
M1 = Berat total pola daun/ jiplakan (gram)
M2 = Berat pola bujur sangkar/ jiplakan (gram)












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
Dalam pratikum Pengukuran Luas Daun Metode Gravimetri menggunakan daun bayam, setelah melalui tahap pembuatan pola pada kertas milimeter block dan penimbangan menggunakan neraca analitik diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Tabel Luas Pola Daun Bayam pada Kertas Milimeter Block
Daun ke-
Hasil Pengukuran (cm)
Luas Jiplakan Daun (cm2)
P
L
(P x L)
1
9
6,6
59,4
2
9,5
7,2
68,4
3
8,8
5,8
51,04
4
7,1
5,4
38,34
5
5
3,7
18,5
6
6,3
3,5
22,05


Tabel 4.2 : Tabel Luas Pola Bujur Sangkar pada Kertas Milimeter Block
Daun ke-
Hasil Pengukuran (cm)
Luas Jiplakan Daun (cm2)
S
(s x s)
1
9
81
2
9,5
90,25
3
8,8
77,44
4
7,1
50,41
5
5
25
6
6,3
39,69


Luas daun diperoleh setelah 6 daun dari  tanaman bayam diambil dan dicetak di atas kertas, cara ini disebut dengan metode gravimetri. Kertas yang telah tercetak bentuk daun, lalu digunting sesuai dengan bentuknya. Kemudian Buat pola bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya seperti tinggi daun. Dari hasil ini dapat diperoleh  indeks luas daun. Indeks luas daun memiliki korelasi dengan besarnya proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Semakin tinggi indeks luas daun maka semakin aktif sebuah tanaman dalam melakukan proses fotosintesis.
Dari tabel pengamatan di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah  ini :
Grafik 4.1 : Grafik Luas Pola Daun Bayam pada Kertas Milimeter Block











Grafik 4.2 : Grafik Luas Pola Bujur Sangkar pada Kertas Milimeter Block

Berat Total :
M1   = 0,83 g
M2   = 1,70 g
 
.


Perhitungan  :
L1 =
           
=
 =
 = 151.5384705
 = 151,54 CM2

B.  Pembahasan
Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
Mengukur Luas Daun dengan metode Gravimetri dengan menggunakan Kertas Millimeter Blok Langkah Pertama yaitu Siapkan Daun yang akan diukur luas daunnya. Pisahkan daun dari akar dan batangnya. Daun dijiplak pada kertas millimeter block. Dibuat juga pola bujur sangkar dengan sisi berukuran panjang dari daun tersebut. Jiplakan daun dan pola bujur sangkar yang telah dibuat, digunting lalu ditimbang beratnya. Setelah diperoleh angka hasil jiplakan daun dan pola bujur sangkar, serta berat timbangan daun dan pola bujur sangkar, kemudian diukur menggunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 4.3 : Tabel Luas Pola Bujur Sangkar pada Kertas Milimeter Block
Daun ke-
Hasil Pengukuran (cm)
Luas Jiplakan Daun (cm2)
s
(s x s)
1
9
81
2
9,5
90,25
3
8,8
77,44
4
7,1
50,41
5
5
25
6
6,3
39,69

Luas daun diperoleh setelah 6 daun dari  tanaman bayam diambil dan dicetak di atas kertas, cara ini disebut dengan metode gravimetri. Kertas yang telah tercetak bentuk daun, lalu digunting sesuai dengan bentuknya. Kemudian Buat pola bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya seperti tinggi daun. Dari hasil ini dapat diperoleh  indeks luas daun. Indeks luas daun memiliki korelasi dengan besarnya proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Semakin tinggi indeks luas daun maka semakin aktif sebuah tanaman dalam melakukan proses fotosintesis.
Adapun Perhitungannya yaitu:
Berat Total :
M1   = 0,83 g
M2   = 1,70 g

 




L1 =
            L1
=
            =
 = 151.5384705
 = 151,54 CM2




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Pada pengukuran Luas Daun dengan menggunakan Metode Gravimetri dapat disimpulkan:
             1.        Metode menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
             2.          Berat Total : M= 0,84 g  dan  M= 1,70 g
L1= 151,5384705  = 151,54 cm2 
B.       Saran
Saran yang dapat saya diajukan pada praktikum ini yaitu pada saat menggambar daun bayam (Amaranthus sp.) yang akan ditaksir luasnya pada kertas milimeter block untuk menghasilkan replika (tiruan) daun, maka dalam tahap selanjutnya yaitu perhitungan luas pada kertas milimeter harus dilakukan dengan teliti agar mendapatkan hasil lebih akurat. Selain itu, sebaiknya dalam pratikum Pengukuran Luas Daun Metode Gravimetri berikutnya, agar waktu pratikum digunakan seefektif mungkin karena sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar